Kamis, 21 Juli 2011

9 Jam, Samarinda-Bontang Lumpuh, Antrean Kendaraan Berkilo-kilometer, Imbas Banjir di Jl DI Pandjaitan


 SAMARINDA. Antrean panjang kendaraan tak terhindarkan kala banjir menggenangi sebagian ruas Jl DI Pandjaitan, Sungai Pinang. Peristiwa itu terjadi sejak Rabu (20/7) malam hingga Kamis (21/7) dini hari kemarin.
Bahkan bisa disebut, jalur yang menghubungkan Kota Samarinda dan Kota Bontang itu lumpuh total. Kendaraan tak bergerak. Bahkan tak sedikit pengemudi mobil yang memilih mematikan mesin untuk menghemat bahan bakar.

Dari pengamatan Sapos, banjir terjadi setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut pada Rabu sore. Lepas Magrib atau sekitar  pukul 19.30 Wita, air mulai “menyerbu” dari arah Mugirejo, Lempake dan sekitarnya.
Banjir pun terjadi di Jl DI Pandjaitan tak jauh dari jalan masuk Perumahan Alaya. Kebetulan, sekitar 300 meter ruas jalan sedang ditinggikan menggunakan cor bertulang.
Hanya satu lajur yang bisa dipakai untuk mobil. Sementara lajur lain atau dari arah Bontang, hanya bisa dilalui motor.
Karena banjir yang semakin meninggi bahkan mencapai pinggang orang dewasa, membuat banyak kendaraan yang terjebak dan macet. Akibatnya, arus lalu lintas terhambat dan berujung pada kemacetan total.
Apalagi badan jalan yang sudah dicor dan memang lebih tinggi dari lajur lainnya, menjadi tempat parkir yang paling aman bagi pengendara motor. Alhasil, satu lajur itu menyempit dan membuat mobil tak bisa bergerak.
Semakin malam, antrean kendaraan semakin panjang. Mulai mobil sejenis sedan, minibus, trailer, truk tangki hingga bus, terpaksa antre. Dari arah Jl PM Noor, antrean kendaraan sekitar 1 kilometer. Dari arah Jl A Yani pun sama. Tak jauh beda dengan deretan kendaraan yang memilih jalur Perumahan Alaya.
Dari arah Bontang, antrean kendaraan yang tak bergerak tak kalah parah. Menurut sejumlah pengendara, mereka antre sejak dari sekitaran Terminal Lempake atau berjarak sekitar 2 kilometer.
Agar tetap melintas, warga berinisiatif mengatur kendaraan. Yakni menggunakan sistem buka tutup di jalan beton yang hanya bisa untuk satu lajur kendaraan. Lima kendaraan dari arah Jl PM Noor dipersilakan lewat. Setelah itu ditutup, gantian 5 mobil dari arah Lempake yang bisa melintas. Demikian seterusnya sampai banjir surut sekitar pukul 03.30 Wita atau sekitar 9 jam setelah lajur itu lumpuh.
“Saya mulai antre dari Jl PM Noor sekitar pukul 21.00 Wita. Sampai jam segini (pukul 01.00 Wita, Red), saya masih di simpangan ini (simpang Jl  PM Noor-Jl DI Pandjaitan, Red),” ujar Nasir, seorang pengemudi truk tangki.
Warga setempat menyebut, banjir tersebut terbilang parah di banding hujan deras yang terjadi semingguan terakhir. Warga menuding, hal tersebut disebabkan lahan yang terbuka akibat penambangan batu bara dan peninggian jalan yang tak disertai pembenahan drainase.
“Di rumah saya saja air setinggi pinggang. Baru kali ini seperti itu. Biasanya memang banjir, tapi tak parah seperti ini,” ungkap Bambang, warga yang berdiam di sebuah gang tak jauh dari titik banjir.
Para pengatur kendaraan juga tak cuma-cuma mengerahkan tenaga. Beberapa di antara mereka ada yang membawa kardus atau ember plastik. Wadah itu digunakan untuk menampung uang dari pengendara yang melintas. Saat dipantau Sapos sekitar pukul 01.00 Wita, tak ada aparat yang mengatur lalu lintas. Mulai dari polisi atau dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Samarinda. (ica/rm-5)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar